Recent Posts

Contributors

Pertama Kali Travelling, Mengerti Rasa Cinta Tanah Air (Part 3)

Friday 1 November 2019
Kepala rombongan kami adalah pimpinan kursus bahasa Inggris ECY, Miss Yet. Miss Yet saat itu sedang menyelesaikan pendidikan doktoralnya di Universiti Malaya, Petaling Jaya. Saat saya kembali ke kantor Imigrasi Bandara LCCT, Miss Yet terlihat sedang berbincang dengan Pak Haji, kepala Imigrasi. Miss Yet menyalahkan Pak Haji yang memberi izin saya untuk keluar bersama orang yang bahkan belum saya kenal.

Foto menggunakan Nokia 6300, Lokasi: Surya KLCC



Rupanya, Miss Yet baru saja menghubungi kedutaan besar Indonesia setelah mengurus surat kehilangan di kantor Polis Malaysia, bandara LCCT. Prosedurnya, kedubes Indonesia memberi jaminan untuk saya supaya bisa tinggal di Kuala Lumpur untuk beberapa hari selama masa mengurus Surat Pemulangan Pengganti Paspor. Saya akan dipulangkan kembali ke Indonesia dalam dua atau tiga hari ke depan, setelah pengurusan surat sementara pengganti paspor.

Akhirnya saya bisa keluar dari kantor Imigrasi pada pukul 23.45 setelah berada di sana dari pukul 14.50. Pada itinerary, kami hanya stay di Kuala Lumpur untuk dua hari kemudian melanjutkan perjalanan ke Singapura. Namun, karena kejadian ini, Miss Yet harus mengubah destinasi. Kami akan berangkat ke Singapura setelah urusan pemulangan saya selesai.


Danau Buatan Putra Jaya



Saya terkejut melihat rombongan kami masih berada di ruang tunggu ketibaan bandara LCCT. Belakangan saya tahu dari mama bahwa pelajar-pelajar tersebut tidak ingin beranjak dari bandara hingga urusan saya selesai. Mereka semua panik, maklum kami baru pertama kali ke luar negeri. Dengan memesan dua taksi, kami menuju penginapan di Kolej 12, asrama mahasiswa Universiti Malaya.

Penginapan kami di pesan oleh Ibu Des, sahabat Miss Yet yang menjadi tenaga pengajar di UM. Mereka sama-sama berasal dari Padang, Indonesia. Saat di dalam taksi tadi saya menceritakan semua kejadian tadi dan tentang bang Ikhmal yang baik dan ramah. Alhamdulillah akhirnya malam itu kami bisa istirahat setelah melalui hari yang sulit dan panjang.

Esoknya, saya bersama Miss Yet pergi ke kedubes Indonesia. Rombongan lain yang dipandu oleh kakak, menuju KLCC dan Pasar Seni. Ketika tiba di kedubes Indonesia, kami menunggu nomor antrian di ruang tunggu. Berada di sini seperti menemukan saudara yang telah lama hilang. Banyak warga negara Indonesia yang sedang mengurus keperluan mereka terkait paspor dan hal lainnya.

Dari wajah, kebanyakan mereka berasal dari Jawa. Ada juga dari Padang. Itu bisa saya tandai dengan logat bicara mereka. Saya membaca sebuah papan pengumuman yang bertuliskan jumlah denda yang akan dibayar jika melanggar ketentuan izin tinggal dan hal-hal terkait paspor. Jumlah yang harus dibayar lumayan besar dalam hitungan ringgit, mata uang Malaysia. Saya sedikit panik dengan besaran tersebut, namun Miss Yet menjelaskan bahwa itu tidak berlaku untuk visa pelancong seperti kami. Besaran denda tersebut berlaku untuk WNI yang memegang paspor bekerja di Malaysia.

Setelah hampir 6 jam menunggu, akhirnya tiba giliran saya. Costumer Service yang melayani saya bernama Wahyu. Beliau sangat ramah dan lembut cara bicaranya. Di kedubes ini saya akhirnya menyadari satu hal, bagaimana cara mencintai tanah air Indonesia. Di sini saya menemukan cinta, yang setelah seharian berada dalam perasaan panik. Saya merasakan keberadaan negara dalam mengayomi warganya. Kamu bisa menceritakan segala hal di sini seperti seorang saudara kandung.

Benar memang beberapa pernyataan dari traveller.

Jika kamu ingin merasakan rasa cinta tanah air, maka pergilah travelling ke luar negeri

Setelah proses foto, akhirnya saya memiliki sebuah paspor sementara. Bersamaan dengan itu pula, jatah hari saya tinggal di Malaysia pun habis. Saya kembali merasakan hal tidak enak, tapi biarlah. Sudah keluar dari bandara dan bisa berkeliling Kuala Lumpur sudah membuat saya cukup senang.

Ketika di kedubes tadi, Miss Yet sempat bertanya kepada bang Wahyu. Beliau bertanya apakah dengan paspor sementara atau boleh dikatakan surat pemulangan ini saya bisa berkunjung ke Singapura. Bang Wahyu mengkhawatirkan hal tersebut. Alasannya, imigrasi Singapura sangat selektif dalam izin memasuki negaranya. Tapi beliau menyarankan kami untuk membuat izin ke kantor pusat Imigrasi Malaysia di Putra Jaya.

Akbar tahu Putra Jaya? tanya Miss Yet ketika dalam perjalanan pulang ke UM

Bersambung

Kata Miss Yet, saya beruntung karena bisa ke Putra Jaya.

Baca Part 4 di sini

No comments:

Post a Comment