Recent Posts

Contributors

Kedua Kali Traveling, Melakukan Perjalanan Bersama Orang-Orang Pemuja Benda Kuno (Chapter 2)

Wednesday 6 November 2019
Dari kiri ke kanan : Bang Say, mama, Baya, kakak, Cek Nadri, dan bang Ajir


Di antara kami yang akan berangkat ke Malaysia mewakili Komunitas Pakaian Adat Aceh adalah Cek Nadri, bang Baya, bang Ajir, bang Say, kakak, mama, dan saya. Kami tidak memesan tiket saat itu karena ada acara yang diadakan oleh HIKMAH, tetapi kami mencari informasi acara karena ada tiket murah. Bang Ajir, bernama asli Muhajir mempunyai seorang kenalan di Malaysia. Saat itu, ada kasus perencanaan pembangunan lapangan golf di daerah Lamreh. Bang Ajir yang tergabung dalam Komunitas Masyarakat Peduli Sejarah Aceh (MAPESA) mengadakan advokasi dan mencari dukungan hingga ke Malaysia. Bersama dengan Ustaz Mujiburrizal dan Agam Al Usmani, akhirnya mereka memperoleh dukungan dari sebuah komunitas Himpunan Melayu Akhir Zaman (HIKMAH) yang dikepalai oleh Radzi Safee.

Sebelum memesan tiket Air Asia, bang Ajir terlebih dulu menghubungi Radzi untuk mengetahui informasi event yang mungkin bisa kami kunjungi ketika berada di Malaysia.

Ada event Book Expo Disember, 14 hari bulan. Setelah tu ada event Konvensyen Persatuan Guru-Guru Silat Melayu

Begitu pesan yang dikirim bang Radzi di Facebook Messenger. Kami memang memesan tiket return. Pergi pada tanggal 13 Desember 2013, pulang pada tanggal 17 Desember 2013. Berbeda pada saat pergi bersama Miss Yet, kami mungkin hanya menghabiskan waktu selama tiga hari di Malaysia. Saya sebenarnya mengkhawatirkan durasi yang sangat singkat itu. Kemana saja kami akan berkunjung? apakah hanya pada acara yang diberitahu Radzi tadi? jika benar, maka sebenarnya kami tidak perlu jauh-jauh ke Malaysia hanya untuk menghadiri sebuah acara. Saya mulai tidak nyaman dengan trip kali ini.

Kah payah kapakek bajee adat ho yang tajak! (kamu harus memakai baju adat Aceh kemana saja kita akan pergi)

Kakak memberi informasi kepada saya berdasarkan hasil kesepakatan mereka. Alasannya, ini merupakan kesempatan kita untuk mempromosikan Komunitas dan Budaya Aceh ke Malaysia. Karena terlanjur ingin balik lagi ke Malaysia, akhirnya saya mengiyakan. Padahal sudah sejak dulu saya tidak ingin bergabung dengan komunitas ini. Komunitas orang gila, menurut saya. Entah apa yang mereka pikirkan. Disaat dunia semakin berkembang, mereka masih saja berkutat pada benda-benda kuno.

Dulu, saya adalah seseorang dengan sifat skeptis yang besar. Saya tidak mudah menerima hal-hal baru dalam hidup. Merasa pesimis terhadap semua gagasan baru yang dibawakan oleh orang-orang dekat di lingkungan saya. Merasa hal tersebut hanya impian mereka belaka. Apalagi saat kakak bercerita tentang perjalanan mereka mencari kuburan-kuburan dengan batu nisan kuno berinskripsi. Saya mengatakan kepada mama.

Mereka seperti orang gila, untuk apa coba mencari kuburan-kuburan yang tidak bisa menambahkan penghasilan untuk mereka. Kerja yang tidak bermanfaat!

Sebelum megah seperti sekarang, bang Ajir dan kakak sudah memulai perjalanan mereka mencari batu nisan Aceh kuno. Sejak awal 2011, mereka sudah memulai ekspedisi ke pelosok-pelosok Pidie untuk mencari tempat bersemayamnya raja-raja Pedir dan keluarga istananya. Berpedoman pada buku Tarikh Aceh dan Nusantara, karya KM Zainuddin juga sebuah buku karangan Dr. Othman Yatim yang diperoleh langsung oleh bang Ajir saat proses advokasi Lamreh dari penulisnya. Judul buku tersebut adalah "Batu Aceh : Early Islamic Gravestones in Peninsular Malaysia". Bang Ajir mempunyai buku catatan khusus mengenai tempat-tempat dan kisah raja-raja yang disemayamnkan di Pidie. Pada awal 2014, bang Ajir pernah mendampingi peneliti dari Central Informasi of Samudera Pasai Heritage (CISAH) untuk menemukan jejak-jejak makam raja-raja dan keluarga istana kerajaan Pedir dan Aceh Darussalam.

Saya tidak menyangka, perjalanan ke Malaysia kali ini akan mengubah sepenuhnya hidup saya. Hingga sekarang saya bisa tergabung dalam Komunitas Steemit Indonesia Chapter Banda Aceh, bermula dari keterbukaan saya kepada dunia. Hal itu terjadi saya pertama sekali saat saya dihajar habis-habisan oleh sebuah trip yang saya benci, tetapi justru menjadi perjalanan berdurasi pendek yang sangat menyenangkan.

Tanggal 13 Desember 2013 pun tiba. Kami berangkat ke bandara dengan L300 milik bapak. Bang Baya menunggu di bandara, karena dia telah tiba di Banda Aceh lebih awal. hanya kami berenam yang berangkat dari Sigli saat itu. Sesungguhnya saya tidak begitu akrab dengan mereka selain bang Ajir. Ini sebuah tantangan juga kali ini. Melakukan perjalanan dengan komunitas yang tidak saya senangi bersama orang-orang yang tidak saya kenali.


Bersambung

No comments:

Post a Comment