Recent Posts

Contributors

Kedua Kali Traveling, Perkampungan Hang Tuah yang Klasik dan Damai (Chapter 10)

Sunday 24 November 2019
Berpose didepan prasasti Hang Tuah dan empat sahabatnya


Hang Tuah bersama empat sahabatnya, Hang Jebat, Hang Kesturi, Hang Lekir, dan Hang Lekiu diabadikan dalam bentuk prasasti batu di Hang Tuah Center ini. Hang Tuah Center ini disebut juga Perkampungan Hang Tuah, sebuah lahan yang berisi rumah-rumah panggung yang dibuat seolah-olah merupakan rumah lima pahlawan rakyat Kesultanan Melaka ini.

Kami tiba di sana pukul lima sore lebih beberapa menit. Lewat microphone, panitia penjaga memberitahukan bahwa tempat ini sudah ditutup untuk wisatawan. Namun Bang Razi langsung menemui ketua dari panitia penjaga yang rupanya adalah sahabat karib beliau. Kami diizinkan masuk sebagai tamu istimewa. Mungkin saja Bang Razi menceritakan bahwa kami berangkat jauh-jauh dari Aceh untuk berziarah ke Hang Tuah Center ini.

Replika rumah Hang Kesturi



Suasana sore hari yang adem, ditambah dengan alunan lagu melayu dari speaker di rumah panggung utama, membuat tempat ini jadi peristirahatan kami sebelum balik ke Kuala Lumpur. Kami menaiki rumah-rumah kecil yang diidentifikasikan dengan beberapa nama sahabat Hang Tuah. Rumah panggung yang mempunyai satu kamar dan satu ruang tamu ini sangat klasik. Tilam yang berkelambu merepresentasikan kamar masyarakat Melayu pada era dahulu.

Kami berkeliling di sekitar komplek perumahan ini. Di sini juga terdapat gelanggang berlatih silat juga tempat belajar pacuan kuda. Kami benar-benar mendapatkan suasana khas Melayu zaman dahulu. Ketua Penjaga kemudian menemani kami berjalan-jalan dari satu rumah ke rumah lainnya. Beliau sangat bangga dengan pakaian yang kami kenakan. Sambil bercanda, beliau mengajak kami untuk tetap tinggal di sini menemani wisatawan-wisatawan yang berkunjung. Suasana akan lebih klasik dan aura masa kehidupan Hang Tuah akan sangat dirasakan wisatawan yang berkunjung ke sini.

Perkampungan Hang Tuah tampak dari luar



Bang Say mengajak saya untuk mencoba minuman kaleng dari mesin penjual. Di Hang Tuah Center yang klasik ini juga disediakan mesin penjual minuman yang canggih. Pengunjung bisa langsung mencoba minuman segar jika sedang lelah sambil beristirahat di balai-balai. Perpaduan antara zaman klasik melayu dengan teknologi masa kini.
Saya yakin, kamu akan betah berlama-lama di Perkampungan Hang Tuah ini. Kamu bisa menelusuri lokasi Perkampungan Hang Tuah ini di google maps. Kami lupa kalau hari sudah maghrib. Bersantai di sini membuat kita lupa waktu. Angin sepoi-sepoi, pemandangan seluas mata memandang, ingatan klasik masa lalu, lengkap untuk membuat kita betah berlama-lama di sini. Tapi kami harus balik ke Kuala Lumpur malam ini juga. Bang Zam besok harus masuk kerja. Hari ini beliau mengambil cuti kerja sehari.

Halaman rumah panggung utama



Dengan sekantong milo ais di tangan kiri, saya mengetik pesan kepada Kak Ell. Sebelum berangkat ke Kuala Lumpur, saya menghubungi Kak Ell di grup Couchsurfing Kuala Lumpur. Ia bersedia berjumpa pada malam hari, karena siangnya ia bekerja sebagai baby sister. Kak Ell sudah bertraveling ke berbagai negara di dunia, ia adalah traveler sejati. Di tas ranselnya terdapat emblem bendera negara-negara dunia. Berita baik, Kak Ell akan menunggu kami di Suria KLCC nanti setiba dari Melaka.

Perjalanan yang sangat magis juga melelahkan membuat kami tertidur di dalam mobil sampai tidak sadar milo ais di dalam genggaman sudah jatuh terburai di lantai Proton milik Bang Zam. Kami kembali ke Kuala Lumpur lewat jalan tol Ayer Keroh.

Baca Chapter 11 di sini



No comments:

Post a Comment