Recent Posts

Contributors

Kedua Kali Traveling, Berjumpa Kak Ellyza, Couchsurfer Malaysia (Chapter 11)

Monday 25 November 2019
Di dalam kedai Starbucks KLCC


Tiba di depan Suria KLCC pukul 10. 15 Waktu Malaysia. Saya turun dari mobil dan langsung berjalan ke arah depan, mencari Kak Ell. Sambil terus memantau telepon genggam, saya mencari sosok Kak Ell yang bahkan belum pernah saya kenal wajahnya. Tiba-tiba seorang perempuan berbaju hitam lengkap dengan hijab melambaikan tangan ke arah saya. Kak Ell memang mudah menemukan saya karena mengenakan pakaian adat Aceh. Saat di mobil, saya memberitahu Kak Ell bahwa kami mengenakan pakaian adat, agara ia cepat menemukan kami nanti.

Kami bersalaman. Kak Ell menolak untuk berjabat tangan. Belakangan ia bercerita, ia saat itu masih segan dengan saya dan rombongan karena berasal dari Aceh. Kak Ell mengira, kami yang akan menolak untuk berjabat tangan. Saya kemudian bercanda, "kenapa tidak pakai lapik saja?". Kak Ell kemudian bersalaman dan memeluk mama dan kakak.

Di mobil Bang Razi mengajak Cek Nadri dan Bang Say ke dalam Suria KLCC. Bang Razi masuk bersama dengan kerisnya. Penjaga keamanan KLCC tersenyum melihat Bang Razi.

Sepertinya Bang Razi ini adalah orang yang sangat dikenal di Malaysia. Penjaga keamanan mengatakan kepada kami bahwa Bang Razi adalah orang pertama yang masuk ke KLCC dengan menggunakan keris, sebuah senjata tajam yang sangat dilarang untuk dibawa ke tempat umum di Malaysia. Tetapi ini tidak berlaku untuk Bang Razi.

Bang Razi menghadiahkan buku karangannya tentang Aceh kepada kami secara simbolis. Yaitu di dalam sebuah mall yang sangat popular di Malaysia. Bang Razi kemudian minta izin untuk pamit pulang bersama Bang Zam juga.

Kak Ell duduk ditengah memakai atasan hitam


Kak Ell kemudian mengajak kami untuk beristirahat di warung kopi Starbucks yang ada tepat di depan Suria KLCC. Kak Ell punya kupon yang banyak untuk ditukarkan dengan bergelas-gelas kopi di sini. Kami memesan kopi hitam. Mama kemudia berbisik kepada saya.

Plok jih bek ka beh beh, ta poe u gampong (gelasnya jangan di buang ya, kita bawa pulang ke kampung)

Saya tertawa kecil. Kak Ell penasaran dan bertanya, kenapa? Setelah mendengar cerita mama, Kak Ell pun ikut tertawa. Kak Ell menunjuk ke arah lemari di sudut warung yang terdapat banyak botol kopi Starbucks yang bisa di beli. Kami segera menuju ke sana. Mama ingin membawa oleh-oleh untuk bapak. Kemana saja ia pergi, pasti ingat bapak. Mereka adalah pasangan sejoli yang sangat saling setia. Suatu kali pada hari raya, bapak membawa pulang tiga kain sarung. Kemudian saya memilih salah satu yang sangat cantik di antara dua yang lainnya. Kemudian bapak melarang, katanya itu punya mama, ambil yang lain saja. Beberapa hari kemudian, mama bercerita bahwa kain sarung itu bapak beli dengan harga 1,5 juta.

Ini merupakan pertemuan pertama dengan Kak Ell. Sebelumnya kami hanya aktif berbagi cerita di media sosial Facebook. Kak Ell merupakan ketua komunitas Couchsurfing Kuala Lumpur, sebuah perkumpulan para traveler dan host. Kami sangat beruntung bisa berkenalan dengan Kak Ell. Ia berjanji akan mengunjungi Aceh setelah ini. Setelah mengobrol tentang banyak hal, salah satunya adalah tentang kunjungan Kak Ell ke Eropa, kami berencana balik ke Damansara. hari sudah sangat larut. Susah untuk menemukan taksi yang mau mengantar kami ke Damansara.

Kak Ell menawarkan sebagian dari kami untuk menaiki mobilnya. Sebagian lagi naik taksi. Malam itu adalah malam kedua terakhir bagi kami sebelum balik lagi ke Aceh. Besok kami telah berjanji dengan Bang Sabiran untuk berkunjung ke Putra Jaya. Kedua kali ke Putra Jaya, hmm. Pasti akan mendapatkan pengalaman yang berbeda.

Kami tiba di Damansara. Kak Ell pamit untuk balik lagi ke KL bersama mobil taksi tadi. Damansara sepi, hanya ada satu dua mobil yang lalu-lalang. Kami langsung terlelap dengan segenap tenaga dan kenangan yang tinggal di Melaka bersama pahlawan kami. Suatu saat saya akan kembali dengan badan dan raga yang sama. Suasana hening, kami semua tertidur.

Bersambung

No comments:

Post a Comment