Recent Posts

Contributors

Film Review: Denok & Gareng (Documentary)

Tuesday 15 June 2021

Salah satu shoot dalam dokumenter Denok & Gareng



Dalam beberapa adegan Denok & Gareng, saya ikut larut mengikuti ritme editing yang disajikan oleh sutradaranya. Saya ikut tersenyum bersamaan saat Denok tersenyum melihat tingkah dan percakapannya dengan Gareng, begitu pula sebaliknya, raut muka Gareng yang bahagia bisa saya rasakan dengan ritme shoot per shoot yang diatur dengan rapi. Sutradara mencoba menampilkan bagaimana cinta dua pasangan muda ini mewakili realitas yang terjadi pada pasangan menikah di Indonesia secara umum. Seperti adegan saling memukul bantal, yang biasa hanya kita lihat pada film fiksi romansa. Pilihan untuk membawa kamera mengambil shoot close-up wajah Denok & Gareng ini adalah pilihan yang tepat. Dari sana saya bisa menangkap bagaimana kesulitan hidup yang mereka hadapi dan sikap pasrah menerima takdir juga usaha yang pantang menyerah melawan ajakan keputusasaan terlihat dalam satu raut wajah pada setiap adegan Denok dan Gareng , khususnya pada adegan saling memukul bantal itu. Di sini saya setuju kalau kebahagiaan memang bukan cuma soal uang, tapi hanya pada scene itu saja, mungkin.

Nugraheni benar-benar fokus menggambarkan pada apa yang sudah dimulai sejak awal film ditampilkan. Pernikahan Denok & Gareng. Jahitan scene per scene menampakkan bagaimana suasana keluarga ini. Saya yang memposisikan diri sebagai penonton terus fokus menanti kejadian apa yang terjadi antara dua tokoh sentral dalam film ini. Apakah akan retak atau bertahan dengan segala macam usaha.

Suatu hal yang selalu coba dihadirkan dalam film untuk membentuk premis dalam benak penonton adalah Bagaimana Gareng sebagai peternak babi yang notabene binatang bernajis dan haram dalam Islam memelihara binatang tersebut di rumahnya, sedangkan mamanya seorang muslim yang taat. Ketika pertanyaan yang diajukan kepada anak Gareng "apa yang akan kamu jawab ketika ditanya ayah kamu kerja apa", merupakan narasi yang coba dihadirkan sutradara untuk menggambarkan bagaimana analisa masyarakat di sekitar keluarga ini, lebih umumnya orang-orang yang terlibat secara sosial dengan mereka. Pada adegan malam kejadian tertabraknya Soesan juga bisa menggambarkan bagaimana pandangan masayarakat kepada keluarga ini. Tapi saya tidak menangkap ada diskriminasi terhadap keluarga ini. Semuanya seperti memiliki masalah sendiri yang harus dihadapi. Namun demikian, ada ikatan kekeluargaan yang tumbuh, seperti tergambarkan pada scene polisi saat mengantar sepeda motor yang tertabrak, saat shalat idul fitri, dan tentunya pada scene pembuka, acara pernikahan Denok dan Gareng.[]

Trailer:


Judul            : Denok & Gareng

Tahun           : 2012

Sutradara       Dwi Sujanti Nugraheni

No comments:

Post a Comment