Recent Posts

Contributors

Kedua Kali Traveling, Menziarahi Makam Syeikh Syamsuddin As-Sumaterani di Kampung Hulu Melaka (Chapter 8)

Tuesday 12 November 2019



Sejarah Hang Tuah masih dipertanyakan, apakah benar adanya atau hanya cerita rakyat yang menjadi sejarah. Terlepas dari pro-kontra tersebut, kami sudah tiba di tempat yang dipercaya merupakan pusara Hang Tuah. Saya membaca sebuah kalimat yang begitu dominan di pusara tersebut.

Tak Melayu Hilang Di Dunia

Tertulis dalam aksara arab-jawi dan huruf latin. Hang Tuah adalah pahlawan bagi warga melayu. Dia yang menyelamatkan kerajaan dari propaganda beberapa pihak yang menginginkan kekuasaan. Di pekarangan komplek pusara Hang Tuah ini terdapat ratusan makam lain yang tersebar. Di antaranya menggunakan batu nisan Aceh. Kami segera mengikuti Bang Razi yang turun melihat makam-makam di halaman depan komplek.

Makam di pekarangan komplek pusara Hang Tuah



Setelah usai berziarah ke makam Hang Tuah, kami melanjutkan perjalanan memasuki kota Melaka. Aura Melaka dengan bagunan tuanya mulai tampak. Papan yang bertuliskan aksara kanji dan latin menghiasi atap toko. Banyak keturunan Tionghoa yang tinggal di sini. Sejarah yang panjang membuat kota ini terasa magis. Berkali-kali kamu ke sini, saya jamin tidak akan bosan.

Mesjid Kampung Hulu yang merupakan warisan sejarah Malaysia



Kami melaksanakan ibadah shalat zuhur di Mesjid Kampung Hulu. Mesjid ini adalah salah satu mesjid tertua di Melaka yang sudah masuk kepada warisan budaya Malaysia. Mesjidnya tidak besar, seukuran meunasah yang ada di Aceh. Di Malaysia memang ada peraturan ketat terkait pembangunan mesjid. Tidak heran rata-rata mesjid di Malaysia sangat sederhana tapi punya nilai yang tinggi. Kami mengambil wudhu di kolam yang berisi ikan-ikan mas. Suasananya membuat ikatan kekeluargaan yang erat.

Menikmati jamuan makan duku oleh panitia mesjid



Rupanya, alasan Bang Razi menurunkan kami di sini untuk shalat zuhur adalah karena mesjid ini dekat dengan lokasi makam Syeikh Syamsuddin As-Sumaterani. Kami dijamu dengan buah duku oleh panitia mesjid. Bang Razi memperkenalkan kami satu per satu. Panitia mesjid merasa bangga menerima tamu dari Aceh dengan pakaian adat. Jarang wisatawan ke Melaka yang mengunjungi mesjid ini dan mesjid tua lainnya. Rata-rata mereka langsung ke A Famosa dan Meseum yang ada di sekitarnya.

Kami kemudian pamit untuk berziarah ke makam Syeikh Syamsuddin As-Sumaterani. Jaraknya tidak jauh dari Mesjid Kampung Hulu. Kami berjalan kaki melalui gang-gang diantara rumah-rumah penduduk. Makamnya terletak disekitar rumah penduduk Kampung Hulu. Akhirnya kami tiba dan langsung membaca sebuah prasasti yang bertuliskan nama Syeikh beserta sejarah singkat beliau hingga dimakamkan di Melaka.

Di makam Syeikh Syamsuddin As-Suamterani


Siapa yang tidak merinding dan terharu menziarahi pusara seorang ulama yang hanya kita kenal lewat kitab jawi klasik yang kita pelajari di dayah-dayah di Aceh. Sekarang saya hanya berjarak satu meter di depan sebuah jasad yang terbaring ratusan tahun yang lalu di sini. Jasad yang meninggalkan tanah airnya untuk menyelamatkan saudaranya di Melaka dari kepungan askar-askar Portugis.

Syeikh Syamsuddin As-Sumaterani adalah murid dari Syeikh Hamzah Fansuri, seorang ulama tasawuf yang tersohor. Menurut sejarah yang tertulis di prasasti tadi, Syeikh Syamsuddin bersama dengan Panglima Pedir berangkat ke Melaka untuk membantu peperangan dengan Portugis. Beliau berdua akhirnya wafat dan dimakamkan di Melaka.
Baya memimpin doa kami kepada Syeikh. Tak bisa dijelaskan bagaimana perasaan bisa berziarah ke makamnya. Senang, terharu, dan bangga bercampur dalam hati sanubari.

Doakan saya Syeikh, menjadi seseorang yang tetap setia pada ilmu Rasulullah

Saya membatin dalam hati. Tidak akan sebanding pengorbanan kita dengan orang zaman dahulu dalam mempertahankan agama Islam. Namun, selalu berada dalam lingkungan ilmu adalah salah satu jalan supaya kita selamat di dunia dan akhirat. Kami kemudian meninggalkan Syeikh dalam peristirahatan terakhirnya.

Kata Bang Razi, kami akan mengunjungi makam seorang pahlawan Aceh lagi yang dimakamkan di Melaka. Saya sudah bisa menebak tujuan kami tersebut setelah membaca isi prasasti tadi. Makamnya terdapat di atas Bukit Cina. Pahlawan tersebut berasal dari daerah kami.

Bersambung

Baca Chapter 9 di sini

No comments:

Post a Comment