Recent Posts

Contributors

Menikmati Senja di Bandar Seri Begawan

Thursday 21 June 2018


Ketika saya masih belajar di sekolah menengah pertama, waktu sore menjadi saat yang sangat dinanti. Sepulang dari sekolah pada siang hari, saya lanjut belajar ilmu agama di pesantren hingga pukul lima sore. Dari pukul lima sorelah saya bersama teman-teman menghabiskan waktu di pematang sawah. Kami menyaksikan terbenamnya matahari hingga waktu maghrib tiba. Kami bercanda pada suatu hal dan ternyata itu memang benar.

Semakin hari menuju gelap, semakin asyik untuk duduk bercengkrama


Kami meninggalkan shalat berjamaah. Mungkin saja itu alasan kenapa bersantai hingga waktu maghrib itu tambah asyik. Setan pasti berperan penuh dalam hal ini, hehe. Sebenarnya, saya ingin bercerita tentang pengalaman saya bersantai di taman Mesjid Omar Ali Saifuddin Brunei Darussalam. Taman ini ramai dikunjungi oleh warga saat sore hari. Mereka melakukan berbagai aktifitas di pekarangan luar Mesjid. Ada penjaja jasa sewa sepeda dan mobil listrik untuk mengelilingi seluruh areal taman.




Saya seperti memasuki ruang waktu menuju masa lalu. Menikmati sore hingga waktu maghrib tiba. Tetapi sekarang tempatnya berbeda. Sebuah taman yang jauh dari sawah tempat kami bercengkrama dulu. Taman ini mengelilingi seperdua dari seluruh pekarangan luar mesjid Omar Ali. Warga memanfaatkan trek di pinggir danau Kampong Ayer untuk jogging. Ini adalah kebiasaan yang sangat baik. Menurut saya, Bandar Seri Begawan sangat layak untuk ditinggali. Dengan tingkat kemakmuran ekonomi warga dan tersedianya berbagai fasilitas yang menunjang kesejahteraan.


Taman adalah paru-paru dari kehidupan warga kota. Taman bisa menjadi tempat melepas penat dari sibuknya aktifitas di kota, tempat berinteraksi warga kota yang bekerja hingga 12 jam sehari. Kota yang baik adalah yang mempunyai taman. Sultan sangat paham akan kebutuhan warganya. Beliau merancang taman di pusat kota Bandar Seri Begawan, di pekarangan luar Mesjid Omar Ali. Warga bisa bersantai tanpa harus meninggalkan kewajiban untuk shalat berjamaah. Walaupun Brunei Darussalam menerapkan syariat Islam, tapi warganya yang non-muslim dengan bebas melakukan aktifitas tanpa ada diskriminasi dan tekanan apapun.



Saya melihat banyak warga Brunei Darussalam yang non-muslim masih berolahraga saat maghrib tiba. Mereka mencharge energi setelah seharian kelelahan bekerja. Bagi wisatawan non-muslim juga diperbolehkan mengunjungi masjid Omar Ali, tetapi hanya pada batas tertentu. Para wisatawan pun maklum dengan hal tersebut.

Saya menikmati angin yang bertiup sepoi-sepoi dari arah Kampung Batu. Brunei Darussalam memang tidak layak untuk dikunjungi wisatawan yang menginginkan suasana kota yang meriah, tetapi cocok untuk mereka yang membutuhkan ketenangan.






No comments:

Post a Comment